Berangkat dari suatu keprihatinan
penulis terhadap kondisi seseorang yang butuh akan motivasi dalam menjalani
hidup, maka penulis membuat makalah yang sederhana ini dengan mengambil suatu
tema “Man Jadda Wa Jada” (barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka pasti akan
berhasil). Begitulah pepatah mengatakan. Dengan kesungguhan tentunya apa yang
dicita-citakan akan tercapai. Maka penulis berharap setelah dibuatnya makalah
ini, motivasi kita dalam menjalani hidup ini akan semakin bertambah dan menjadi
lebih baik.
Man Jadda Wa Jada, sebuah ungkapan yang mulai sering
terdengar dalam kehidupan kita. Sepenggal mantra sakti
yang memiliki makna yang kuat dan mampu memberikan semangat dalam kehidupan
kita. “Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil”, begitulah arti ungkapan
Arab ini. Man Jadda Wa Jada ini memanglah bukan
hadits, tetapi sangatlah sesuai dan selaras dengan sunnatullah. Sebuah
ketetapan yang mengisyaratkan manusia bahwa Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum selama kaum tersebut tidak berusaha merubahnya sendiri.
Kata kunci dalam pepatah ini ialah
jadda atau bersungguh-sungguh.
Jadi, sejauh mana Anda sudah mengaplikasikan pepatah ini ialah sejauh mana Anda bersungguh-sungguh.
Jadi, sejauh mana Anda sudah mengaplikasikan pepatah ini ialah sejauh mana Anda bersungguh-sungguh.
Mengukur Man Jadda Wa Jada Pada Diri
Anda
Silahkan Anda periksa pertanyaan berikut dan
jawablah dalam hati Anda. Silahkan Anda ukur diri Anda tanpa dalih tanpa alasan
(jika bersungguh-sungguh ingin maju).
- Sudahkah
Anda bersungguh-sungguh melihat peluang. Coba lihat catatan Anda, sudah
seberapa banyak potensi peluang yang Anda catat?
- Seberapa
dalam Anda meneliti sebuah ide ?
- Seberapa
banyak ide-ide yang sudah Anda lakukan?
- Sudah berapa
kali Anda gagal dan bangkit lagi mencoba?
- Seberapa
keras Anda mencari solusi masalah Anda?
- dan
sebagainya.
Man Jadda Wa Jada Belum Membumi Jika
Masih Berdalih
Jika Anda masih suka mengatakan “tapi”
sebagai dalih tidak berusaha, artinya Anda belum bersungguh-sungguh. Mungkin
dalih Anda benar, tetapi tetap saja Anda tidak meraih apa yang Anda inginkan. Jika Anda memang bersungguh-sungguh,
akan selalu ada jalan untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Akan selalu ada
jalan untuk menyelesaikan masalah Anda. Potensi pikiran, hati, dan tubuh Anda
sudah cukup untuk mengatasi masalah Anda. Sebesar apa pun masalah Anda. Begitu
juga potensi Anda cukup untuk meraih pencapaian tertinggi yang bisa dicapai
manusia. Semua orang memiliki potensi yang sama, yang berbeda ialah sejauh mana
kita menggunakan potensi tersebut. Sejauh mana kita membumikan man jadda wa
jada dalam hidup Anda.
Cara Membumikan Man Jadda Wa Jada
Langkah selanjutnya ialah kita harus
membumikan Man Jadda Wa Jada, bukan hanya pepatah penghias dinding, tetapi
harus menjadi bagian dari kehidupan kita.
- Jika Anda
bersungguh-sungguh, maka Anda akan mengalahkan rasa malas yang menghambat
Anda untuk bertindak.
- Jika Anda
bersungguh-sungguh, maka Anda akan mencari cara mengatasi rintangan dan
halangan yang ada di depan Anda.
- Jika Anda
bersungguh-sungguh, maka Anda akan berusaha melengkapi apa yang menjadi
kekurangan Anda untuk meraih tujuan besar Anda.
- Jika Anda
bersungguh-sungguh, maka Anda akan belajar jika Anda belum bisa melakukan
sesuatu yang diperlukan untuk meraih sukses.
- Jika Anda
bersungguh-sungguh, maka Anda tidak akan mudah berhenti, terus berpikir
kreatif, mencoba dan mencoba sampai Anda menemukan jalan yang tepat.
Jika Anda
bersungguh-sungguh, maka Anda tidak akan kalah dengan alasan, justru akan
berusaha mengatasi alasan tersebut. Sudah menjadi fitrah insaniyah, bahwa setiap kita
sesungguhnya sedang berproses untuk menjadi lebih baik. Yang harus kita lakukan
dan usahakan hanyalah bersungguh-sungguh untuk itu. Membuat prioritas hidup
dengan hanya melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat bagi kehidupan.
Berhentilah melihat hasil. Karna kita tidak dituntut untuk
itu, selain dari apa yang kita usahakan. Nilai seseorang dihadapan Rabb-nya
adalah dari apa yang diusahakannya. Pilihan aktifitas hidup apa yang dibuatnya.
Seberapa besar usaha yang dilakukannya. Seberapa banyak bisa mendatangkan
manfaat bagi orang lain. Dikatakan bernilai ketika dia melakukan hal-hal yang
bisa mendatangkan manfaat dan menghindarkannya dari keburukan. Melakukan amal
kebaikan dan menjauhkan diri dari perilaku tercela. Memilih mentaati Rabb-nya
dan menghindarkan diri melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan murka-Nya.
Memperbanyak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dan berhenti mengeluhkan apa yang
tidak didapatkannya. Apa yang kita peroleh berbanding lurus dengan apa yang
kita usahakan. Tidak akan tertukar dengan yang lain dan berpindah kepada yang
lain. Yakinlah, bahwa piala hanya akan diberikan kepada mereka yang berhak
mendapatkannya. Dan Anda bisa menjadi salah satunya.
Rabb yang mampu meninggikan langit, menghamparkan bumi dan
mencukupi seluruh makhluq yang menghuni dintara keduanya, sungguh maha mampu
mencukupi mulut manusia yang hanya beberapa senti ini. Jika kita merasa, Dia
tidak mencukupi kebutuhan kita, maka yang sesungguhnya adalah kitalah yang
tidak mengetahui apa yang kita butuhkan. Inilah tabiat manusia. Bahkan
sekiranya Allah memberinya 2 lembah emas, dia akan memintanya 1 lembah lagi.
Begitu seterusnya... “Sesunguhnya Allah mendindingi manusia dan hatinya, dan
hanya kepada-Nyalah kita akan dikembalikan”.
Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
Orang-orang yang banyak menganggur
dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak
bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu melayangdayang tak tahu arah.
Dan, {Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang.} (QS. At-Taubah: 87). Saat paling berbahaya bagi akal adalah
manakala pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu,
ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah
oleng ke kanan dan ke kiri. Bila pada suatu hari Anda mendapatkan diri Anda
menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas! Sebab,
dalam keadaan kosong itulah pikiran Anda akan menerawang ke mana-mana; mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami. Dan itu, membuat akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol. Karena itu bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku, bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir kekosongan
itu! Ini, karena janganlah berhenti sejenak pun dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.
"Seseorang boleh saja berkata, "Saya
telah menemukan kebahagiaan sejati setelah bergelimang dengan harta kekayaan
yang saya miliki. Saya sudah puas dengan hasil keringat saya." Atau
seorang pejabat bergaji tinggi bisa saja bertutur bahwa dengan posisinya yang
'basah' ia akan berkesempatan merasakan kenikmatan hidup. Atau mungkin saja
seorang bintang film bercerita bahwa ia merasakan kedamaian dalam hidup setelah
duit tak pernah berhenti mengalir ke sakunya. Tetapi tidak mungkinkah di balik pernyataan
itu ada terselubung perasaan cemas, khawatir dan gelisah, ibarat awan hitam
yang menutupi wajah rembulan?
Kegelisahan, kecemasan, ketidakteteraman,
adalah 'pekerjaan harian' bagi manusia, kecuali mereka yang telah menemukan
jalan yang benar. Rasa cemas itu bisa menyangkut urusan yang kecil-kecil maupun
yang besar-besar. Bahkan banyak orang yang sekadar menginginkan seorang gadis
lalu tidak kesampaian, bisa memilih bunuh diri saking stresnya. Tidak sedikit
pula yang mengamuk hanya karena persoalan uang seribu rupiah.
Bagi yang telah mengenal hakikat hidup,
hal-hal remeh seperti itu tidak perlu membuatnya hilang akal. Allah swt
jauh-jauh sebelumnya telah menurunkan obat penawar kegelisahan dan kecemasan
ini dengan agama. Melalui agama (Islam) ini, Allah memperkenalkan diri-Nya
bahwa Dialah yang Maha Kuasa, Maha Sempurna dan Maha Ahad. Pengetahuannya
meliputi segala yang telah lalu, kini dan esok. Penglihatan-Nya jauh di atas
menembus ruang dan waktu. Melalui pendekatan kepada kekuasaan-Nya ini sebenarnya
sudah bermakna obat. Dijamin manusia tidak akan gelisah selamanya.
Islam memperkenalkan cara pandang yang jauh
lebih luas tentang kehidupan. Bahwa hidup ini bukan sekadar pulang-balik dari
rumah ke tempat kerja, sampai rumah lalu tidur, besok berangkat lagi, kawin,
punya anak. Hidup ini indah dan penuh dimensi, yang terdiri dari beberapa
babak. Babak akhir nanti bergantung pada kesuksesan menapaki hidup pada babak
sekarang ini. Konsep seperti ini akan menuntut seseorang untuk mengontrol
dirinya secara mandiri, dan membimbing untuk tidak segera putus asa menghadapi
persoalan.
Terapi
shalat
Kaum muslimin tidak perlu ikut-ikutan orang
lain untuk mencari ketenangan hidup dengan melakukan meditasi segala macam.
Seperti diketahui, belakangan ini bermunculan kelompok meditasi di berbagai
kota. Malah dua di antaranya, yang mengaku berasal dari India dan kini membuka
cabang di Jakarta, mengklaim telah memiliki lebih 8.000 cabang di 58 negara.
Tujuan organisasi ini tidak lain adalah untuk menjaring para eksekutif yang
kini makin banyak ditimpa penyakit modern: stres dan gelisah.
Sungguh sangat disayangkan kalau ada
kaum muslimin yang tertarik pada tatacara pengobatan yang seperti ini. Sebab
secara syar'i bukan saja telah terjadi pelanggaran, karena bercampurnya lelaki
dan perempuan dalam satu ruangan tanpa aturan yang jelas, tetapi juga ada
sebuah gambar ka'bah dan dua kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad yang
dihimpit dua simbol agama lain.
Sebenarnya shalat jauh menawarkan terapi yang
lebih efektif dan ampuh untuk penyakit-penyakit gelisah seperti itu. Tentunya
apabila shalat yang ada ditegakkan dengan cara yang baik dan khusyu'. Sayangnya
yang kita lakukan selama ini shalat bukan hanya dianggap sebagai suatu
kewajiban, tapi terkadang sebagai beban. Padahal teori pengobatan berkata,
apabila kita yakin, maka sebagian dari penyakit itu telah disembuhkan.
Shalat bahkan bukan hanya akan memberikan
kesembuhan terhadap beben-beban ruhani akibat lelahnya menghadapi pertarungan
hidup, tapi juga akan memberikan kemenangan, di dunia dan di akhirat. Orang
yang shalatnya benar, tidak malah gelisah setelah shalat, akan tetapi ada
perasaan lega dan tenteram karena baru saja bertemu dengan Allah, Penguasa
Segala Sesuatu. Bertemu kepada Dzat yang menciptakan segala sesuatu di alam
ini, termasuk jalan yang terbaik untuk hamba-Nya. Orang yang ketika menghadapi
Tuhan mempunyai perasaan penghambaan seperti ini akan enteng hidupnya. Shalat
akan dijadikan sebagai media untuk memohon bimbingan dan petunjuk agar tidak
keliru dalam meniti kehidupan. Hidup ini dipasrahkan kepada-Nya, tawakkal.
Meraih cinta-Nya
Untuk
mendapatkan cinta tentu memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Begitu juga
untuk dapat meraih cinta dari Allah swt, kita dituntut berkorban. In
tanshurullaha yanshurkum, kata Allah, apabila kamu menolong agama Allah, maka
Allah akan menolongmu. Menolong, bila yang melakukan adalah Allah, maka dapat
diartikan dengan selesainya segala urusan yang ditolong. Ini adalah kunci
kehidupan itu sendiri.
Manusia yang meyakini Islam sebagai
jalan hidup satu-satunya berarti sudah memilih tauhid yang benar. Berarti ia
akan cenderung mengenal Allah lebih dekat, sehingga menimbulkan perasaan cinta
kepada-Nya. Kalau sudah tumbuh cinta maka ia akan memandang Allah sebagai
Sumber segala hidup, Sumber kesempurnaan, Sumber segala rahmat, serta percaya
bahwa Dia dekat dengannya setiap saat. Temali batinpun akan berbicara, ke mana
pun juga pergi akan ada 'benang' kontrol yang menghubungkan dengan Dia.
Keyakinan dan kesadaran seperti ini selain memberikan nuansa yang indah juga
plus menciptakan kekuatan baru untuk melangkah menapaki hidup.
Mungkin pertanyaan yang menggelitik akan
muncul, menggoda pikiran kita, "Bagaimana sesungguhnya kita dapat
berhubungan akrab dengan Tuhan dan sejauh mana kita mengetahui bahwa kita telah
dekat kepada-Nya?"
Allah swt berfirman, "Dan apabila
hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu." (QS.
Al-Baqarah: 186)
Makin kuat keyakinan dan kesadaran
kita akan dekatnya Allah maka makin tenteram pula hati ini dan makin besar
kebahagiaan yang dicapai. Oleh karena itu dalam al-Qur'an disebutkan, alaa
bidzikrillahi tathmainnul-quluub, ingatlah sesungguhnya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram.
Dzikir yang dilakukan terus-menerus
akan membuat ruhani menjadi kuat, pribadi manusia akan memperolah kekuatan
transenden yang luar biasa. Sebagai dampaknya hati akan selalu bahagia,
tenteram dan memperoleh kedamaian abadi.
Kunci
segalanya
Kekuatan apa lagi yang akan bisa
menyaingi jika manusia telah menemukan Tuhannya? Kekuatan ini dapat menyingkirkan
ila-ilah yang bertengger dalam pikiran manusia, dalam jiwanya. Tidak hanya itu,
semua kekuatan, harta kekayaan, pangkat dan status, serta semua urusan dunia
tidak banyak artinya di kala Allah telah menyatu dalam jiwa.
Inilah kunci dari segalanya. Mereka yang sudah
merapatkan dirinya pada sandaran Sang Maha Kuasa, akan menghadapi kehidupan
dengan serba mudah. Kesulitan yang ada bahkan dianggapnya sebagai kesyukuran.
Karena dengan kesulitan itu akan mengurangi beban dosa dan kesalahannya.
Kesulitan dan kesusahan hidup bukan dianggap sebagai musibah yang dapat
menyeretnya kepada kekufuran, tapi justru sebagai cubitan peringatan agar
kontrol komunikasinya dengan Tuhan tetap berjalan, tetap seimbang.
Inilah bentuk kecintaan dari Yang Maha Hakiki
kepada hamban-Nya. Demonstrasi kecintaan itu diwujudkan dalam berbagai
tindakan-Nya yang terkesan menyengsarakan dan menyulitkan si hamba. Padahal
itulah cara yang paling baik dan pas untuk manusia. Musibah dan
penderitaan-penderitaan digelar-Nya, yang bagi kebanyakan manusia lebih mudah
mengantar kepada kesadaran dan keinsyafan.
Demikianlah apa yang dapat penulis sampaikan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kesungguhan merupakan kunci keberhasilan
seseorang. Akan tetapi tidak hanya dengan itu saja, kedekatan dengan sang
Khaliq pun itu sangat berpengaruh sekali. Artinya, antara kesungguhan seseorang
dengan kedekatannya kepada sang Khaliq sangat berkaitan erat dengan keberhasilannya
dalam meraih kesuksesan. Semoga makalah sederhana ini bisa memberikan
pencerahan kepada kita semua, tentunya bagi mereka yang sedang membutuhkan
motivasi untuk lebih baik lagi dalam mengarungi romantika kehidupan ini.
Setelah membaca membuat makalah ini,
penulis teringat dengan Firman Allah yang artinya: “barangsiapa yang
bersungguh-sungguh kepada Kami, sungguh kami akan memberikan jalan petunjuk
baginya.”
Merupakan suatu syarat utama ketika
kita menjalani kehidupan ini, yaitu kesungguhan dan kedekatan dengan Tuhan.
Karena tanpa kedua itu, kita akan berada di suatu jalan yang tak tentu arah
sebab kita tidak mendapatkan petunjuk dan penerangan dari Tuhan. Artinya, untuk
memperoleh kebahagiaan, maka caranya ialah dengan bersungguh-sungguh. Man Jadda
Wa Jada.
Posting Komentar