BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk
social. Ia hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai manusia dengan
berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting
untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan salah
satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat
dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang
sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran
yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan
perhatian yang seksama terhadap komunikasi.
Setiap orang selalu berupaya
memahami setiap peristiwa yang dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa
yang terjadi di dalam dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya. Terkadang
makna yang diberikan itu sangat jelas dan mudah dipahami orang lain, namun
terkadang makna itu buram, tidak dapat dipahami dan bahkan bertentangan dengan
makna sebelumnya. Dengan memahami komunikasi maka orang dapat menafsirkan
peristiwa secara lebih fleksibel dan bermanfaat.
Jika anda ditanya, apakah
komunikasi itu? Apa yang terjadi jika sejumlah orang bertemu dan berinteraksi?
Ketika anda mencoba menjawab kedua pertanyaan itu, maka sebenarnya anda tengah
menyusun sebuah komunikasi. Kedua pertanyaan itu tampak mudah, bahkan orang
awam yang bukan ahli pun dapat memberikan jawaban menurut sudut pandangnya.
Walaupun orang telah
mempelajari komunikasi sejak zaman purbakala, namun perhatian terhadap
pentingnya komunikasi baru muncul belakangan, yaitu pada awal abad ke-20.
Barnett Pearce (1989) menyebutkan, munculnya peran komunikasi sebagai penemuan
revolusioner (revolutionary discovery) yang sebagian besar disebabkan
oleh penemuan teknologi komunikasi, seperti radio, televisi, telepon,
handphone, satelit, dan jaringan computer. [1]
Lalu
apa itu komunikasi? Komunikasi adalah proses social di mana individu-individu
menggunakan symbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam
lingkungan mereka.[2] Komunikasi tak lain adalah proses take and
give berbagai makna diantara dua person.[3]
A. LATAR
BELAKANG
Akhir-akhir ini penulis menemukan beberapa hasil dari penelitian
lapangan yang dilakukan secara langsung di lingkungan masyarakat sekitar tempat
penulis tinggal yang terkait dengan masalah komunikasi yang dilakukan oleh
manusia dalam bentuk verbal dan non verbal. Ketika seseorang berkomunikasi,
tentunya salah satu hal yang paling diperhatikan ialah apa yang disampaikan
oleh seorang komunikator terhadap komunikan, atau dengan kata lain tentang
materi atau hal apa saja yang menjadi bahan pembicaraan yang mereka
perbincangkan.
Salah satu yang ingin penulis teliti ialah apa yang dimaksud
dengan komunikasi verbal dan nonverbal, perbedaannya, dan fungsinya.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan
komunikasi verbal?
2.
Apa yang dimaksud dengan
komunikasi nonverbal?
3.
Apa perbedaanya?
4.
Bagaimana Fungsinya?
BAB III
PEMBAHASAN
Pesan yang
disampaikan oleh pengirim kepada penerima dapat dikemas secara verbal dengan
kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata. Komunikasi yang pesannya dikemas
secara verbal disebut komunikasi verbal, sedangkan komunikasi yang
pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Jadi,
komunikasi verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata. Sedang
komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata. Dalam komunikasi sehari-hari
35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa komunikasi nonverbal.[4]
A. Komunikasi
Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,
entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan
antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi,
pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi
serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat,
dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting.[5]
Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:
1. Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan
orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan
adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa
suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu
sama lain.[6]
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga
fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga
fungsi itu adalah:
a. Untuk
mempelajari tentang dunia sekeliling kita;
b. Untuk
membina hubungan yang baik di antara sesama manusia
c. Untuk
menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Bagaimana
mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori yang membicarakan
sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori
pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli
psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini menekankan
unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan
istilah S-R. teori ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh
stimuli dari luar, orang cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui
bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh
orang lain.
Teori
kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsky. Menurutnya
kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa
dari lahir.
Teori
ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah. Dikembangkan oleh
Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang
diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi
dalam dirinya.[7]
2. Kata
Kata
merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambing yang
melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau
keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri.
Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara
kata dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang. [8]
B. Komunikasi
Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh
lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir
secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi
nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur
mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.[9]
Nonverbal communication is all aspects of communication other than
words themselves. It includes how we utter words (inflection, volume),
features, of environments that affect interaction (temperature, lighting), and
objects that influence personal images and interaction patterns (dress,
jewelry, furniture).[10] (Komunikasi nonverbal adalah semua aspek
komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini
mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur,
lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda
yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).
Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign),
tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
Bahasa Tubuh. Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan,,
gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran,
kehendak, dan sikap orang.
Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya,
bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.
Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan
mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak
meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan
rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri.
Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti
kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori
dandan, rumah, perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.[11]
Hal menarik dari komunikasi nonverbal ialah studi Albert Mahrabian
(1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya
7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi
muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang
diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai
hal-hal yang bersifat nonverbal.
Oleh sebab itu, Mark knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode
nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:
a. Meyakinkan
apa yang diucapkannya (repetition)
b. Menunjukkan
perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)
c. Menunjukkan
jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
d. Menambah
atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
C. Perbedaan
Antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal
There are differences between the two systems
of communication.
First,
nonverbal communication is perceived as more honest. If verbal and nonverbal
behaviors are inconsistent, most people trust the nonverbal behavior. There is
little evidence that nonverbal behavior actually is more trustworthy than
verbal communication; after all, we often control it quite consciously.
Nonetheless, it is perceived as more trustworthy. (Anderson, 1999) (ada
perbedaan antara kedua sistem komunikasi. Pertama, komunikasi nonverbal yang
dianggap lebih jujur. Jika perilaku verbal dan nonverbal yang tidak
konsisten, kebanyakan orang percaya perilaku nonverbal. Ada sedikit bukti bahwa
perilaku nonverbal sebenarnya lebih dapat dipercaya daripada komunikasi verbal,
setelah semua, kita sering mengontrolnya cukup sadar. Meskipun demikian, hal
itu dianggap lebih dapat dipercaya. (Anderson, 1999)
Second,
unlike verbal communication, nonverbal communication is multi channeled. verbal
communication usually occurs within a single channel; oral verbal communication
is received through hearing, and written verbal communication may be seen,
felt, heard, smelled, and tasted. We often receive nonverbal communication
simultaneously through two or more channels, as when we feel and see a hug
while hearing a whispered "I love you" (Kedua,
tidak seperti komunikasi verbal, komunikasi nonverbal adalah multi disalurkan.
komunikasi verbal biasanya terjadi dalam satu saluran, komunikasi verbal lisan
yang diterima melalui pendengaran, dan komunikasi verbal tertulis dapat
dilihat, dirasakan, didengar, berbau, dan mencicipi. Kami sering menerima
komunikasi nonverbal secara bersamaan melalui dua atau lebih saluran, seperti
ketika kita merasa dan melihat pelukan sambil mendengar berbisik "I love
you").
Finally,
verbal communication is discrete, whereas nonverbal communication continuous.
Verbal symbols start and stop; we begin speaking at one moment and stop
speaking at another moment. In contrast, nonverbal communication tends to flow
continually. Before we speak, our facial expressions and posture express our
feelings; as we speak, our body movements and appearance communicate; and after
we speak our posture changes, perhaps relaxing. (Akhirnya,
komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi nonverbal terus menerus.
Simbol verbal mulai dan berhenti, kami mulai berbicara pada satu saat dan
berhenti berbicara saat yang lain. Sebaliknya, komunikasi nonverbal cenderung
mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur mengungkapkan
perasaan kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita dan mengkomunikasikan penampilan,
dan setelah kita berbicara postur tubuh berubah, mungkin santai).[12]
Secara
sekilas telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini, bahwa antara komunikasi
verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dalam
arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga
memiliki perbedaan-perbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada
tiga perbedaan utama di antara keduanya yaitu kesengajaan pesan (the
intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan
(the degree of symbolism in the act or message), dan pemrosesan mekanisme
(processing mechanism). Kita mencoba untuk menguraikannya satu per satu.
a. Kesengajaan
(intentinolity)
Satu
perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai
niat (intent). Pada umumnya niat ini menjadi lebih penting ketika kita
membicarakan lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner
menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan tersebut
1) dikirimkan oleh sumber dengan
sengaja dan
2) diterima oleh penerima secara
sengaja pula.
Komunikasi
nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent tersebut. Persepsi
sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima sudah cukup dipertimbangkan
menjadi komunikasi nonverbal. Sebab, komunikasi nonverbal cenderung kurang
dilakukan dengan sengaja dan kurang halus apabila dibandingkan dengan
komunikasi verbal. Selain itu, komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma
yang berlaku, sementara niat atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas.
Misalnya, norma-norma untuk penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun
berapa Bering kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu?
Berapa kali seorang teman memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi
receiver mengenai niat ini sudah cukup untuk memenuhi persyaratan guna
mendefinisikan komunikasi nonverbal.
b. Perbedaan
perbedaan simbolik (symbolic differences)
Kadang-kadang
niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari
komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu,
mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain (misalnya
berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna sebagai ungkapan ikut berduka
cita).
Komunikasi
verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai
(mediated form of communication). Dalam arti kita mencoba mengambil kesimpulan
terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita
gunakan adalah abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi
verbal bersifat intensional dan harus 'dibagi' (shared) di antara orang-orang
yang terlibat dalam tindak komunikasi. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih
alami, isi beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma.
Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit
dibanding bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat
verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan
sintaksis (kalimat), namun hanya ada penjelasan yang samar-samar dan informal
mengenai signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri
bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita mencoba untuk melihat
ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda adalah sebuah
representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. la adalah apa yang kita
lihat atau rasakan. Sedangkan lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada
sesuatu yang lain. Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh,
tanda dari sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah
bagaimana kita menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan perkataan
lain, apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana
menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan derajat ketertarikan
tersebut adalah lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa
nonverbal, dalam arti is dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam
sebuah cara yang berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada
reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.
c. Mekanisme pemrosesan (processing
mechanism)
Perbedaan
ketiga antara komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan dengan bagaimana kita
memproses informasi. Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak,
kemudian otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi
mengendalikan perilaku-perilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku
yang dipelajari dan perilaku sosial).
Satu
perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi pada setiap
belahan otak. Secara tipikal, belahan otak sebelah kiri adalah tipe informasi
yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-ubah, sementara belahan otak
sebelah kanan, tipe informasinya Iebih berkesinambungan dan alami (pada uraian
di bawah, Malandro dan Barker juga menjelaskan mengenai hal ini).
Berdasarkan
pada perbedaan tersebut, pesan-pesan verbal dan nonverbal berbeda dalam konteks
struktur pesannya. Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan yang
ada ketika kita berkomunikasi secara nonverbal adalah lebih sederhana dibanding
komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis.
Komunikasi nonverbal secara tipikal diekspresikan pada saat tindak komunikasi
berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal, bahasa nonverbal tidak bisa
mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain
itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di
mana interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru
menciptakan konteks tersebut.
Perbedaan
lain tentang komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat dari dimensi-dimensi
yang dimiliki keduanya. Gagasan ini dicetuskan oleh Malandro dan Barker seperti
yang dikutip dalam buku Komunikasi Antar Budaya tulisan Dra. Ilya Sunarwinadi,
M.A.
a. Struktur
>< Nonstruktur
Komunikasi
verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum atau aturan-aturan tata bahasa.
Dalam komunikasi nonverbal hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali struktur
formal yang mengarahkan komunikasi. Kebanyakan komunikasi nonverbal terjadi
secara tidak disadari, tanpa urut-urutan kejadian, yang dapat diramalkan
sebelumnya. Tanpa pola yang jelas, perilaku nonverbal yang sama dapat memberi
arti yang berbeda pada saat yang berlainan.
b. Linguistik
>< Nonlinguistik
Linguistik
adalah ilmu yang mempelajari anal usul, struktur, sejarah, variasi regional dan
ciri-ciri fonetik dari bahasa. Dengan kata lain, linguistik mempelajari
macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu sistem dari lambang-lambang yang
sudah diatur pemberian maknanya. Sebaliknya. pada komunikasi nonverbal, karena
tidak adanya struktur khusus, maka sulit untuk memberi makna pada lambang.
Belum ada sistem bahasa nonverbal yang didokumentasikan, walaupun ada usaha
untuk memberikan arti khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu. Beberapa
teori mungkin akan memberikan pengecualian pada bahasa kaum tuna-rungu yang
berlaku universal, sekalipun ada juga lambang-lambangnya yang bersifat unik.
c. Sinambung
(continuous) >< Tidak Sinambung (discontinuous)
Komunikasi nonverbal dianggap
bersifat sinambung, sementara komunikasi verbal didasarkan pada unit-unit yang
terputus-putus. Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang yang terlibat di
dalamnya meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan kehadiran
kita masih dapat dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti
komunikasi nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan kata-kata dan
simbol dalam komunikasi verbal yang mempunyai titik awal dan akhir yang pasti.
d. Dipelajari
><Didapat secara Ilmiah
Jarang
sekali individu yang diajarkan cara untuk berkomunikasi secara nonverbal.
Biasanya is hanya mengamati dan mengalaminya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa
manusia lahir dengan naluri-naluri dasar nonverbal. Sebaliknya komunikasi
verbal adalah sesuatu yang harus dipelajari.
e. Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kiri
>< Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kanan
Pendekatan
neurofisiologik melihat perbedaan dalam pemrosesan stimuli verbal dan nonverbal
pada diri manusia. Pendekatan ini menjelaskan bagaimana kebanyakan stimuli
nonverbal diproses dalam bagian otak sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal
yang memerlukan analisis dan penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah
kiri. Dengan adanya perbedaan ini, maka kemampuan untuk mengirim dan menerima
pesan berbeda pula.
Masih
dalam buku Komunikasi Antar Budaya karya Ilya SunarwinadiSamovar, Porter dan
Jain melihat perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal dalam hal sebagai
berikut.
- Banyak
perilaku nonverbal yang diatur oleh dorongan-dorongan biologik. Sebaliknya
komunikasi verbal diatur oleh aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang
dibuat oleh manusia, seperti sintaks dan tata bahasa. Misalnya, kita bisa
secara sadar memutuskan untuk berbicara, tetapi dalam berbicara secara
tidak sadar pipi menjadi memerah dan mata berkedip terus-menerus.
b.
Banyak komunikasi nonverbal serta
lambang-lambangnya yang bermakna
universal. Sedangkan komunikasi verbal lebih banyak yang bersifat
spesifik bagi kebudayaan tertentu.
c.
Dalam komunikasi nonverbal bisa
dilakukan beberapa tindakan sekaligus dalam suatu waktu tertentu, sementara
komunikasi verbal terikat pada urutan waktu.
d. Komunikasi
nonverbal dipelajari sejak usia sangat dini. Sedangkan
penggunaan lambang berupa kata
sebagai alat komunikasi membutuhkan masa sosialisasi sampai pada tingkat
tertentu.
e. Komunikasi
nonverbal lebih dapat memberi dampak emosional
dibanding komunikasi verbal.
D. Fungsi
Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki
perbedaan-perbedaan, namun keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya tindak
komunikasi yang efektif. Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal
adalah untuk memproduksi makna yang komunikatif.
Secara historis, kode nonverbal sebagai suatu multi
saluran akan mengubah pesan verbal melalui enam fungsi: pengulangan
(repetition), berlawanan (contradiction), pengganti (substitution), pengaturan
(regulation), penekanan (accentuation) dan pelengkap (complementation). Dalam
tahun 1965, Paul Ekman
menjelaskan bahwa pesan nonverbal akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal.
Misalnya dalam suatu lelang, kita mengacungkan satu jari untuk menunjukkan
jumlah tawaran yang kita minta, sementara secara verbal kila mengatakan
"satu'.
Pesan-pesan nonverbal juga berfungsi untuk
mengkontradiksikan atau menegaskan pesan verbal seperti dalam sarkasme atau
sindirian-sindiran tajam. Kadang-kadang, komunikasi nonverbal mengganti pesan
verbal. Misalnya, kita tidak perlu secara verbal menyatakan kata
"menang", namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita membentuk
huruf `V' (victory) yang bermakna kemenangan.
Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur
pesan verbal. Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah
interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan
kepala selama percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga
memberi penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan. Dan
akhirnya fungsi komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal dengan
mengubah pesan verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia kita.
Pemikiran yang sama
juga diungkapkan oleh Samovar (Ilya Sunarwinadi, Komunikasi
Antar Budaya), bahwa dalam suatu peristiwa komunikasi, perilaku nonverbal
digunakan secara bersama-sama dengan Bahasa verbal:
a. Perilaku nonverbal memberi aksen
atau penekanan pada pesan verbal.Misalnya
menyatakan terima kasih dengan tersenyum.
b. Perilaku nonverbal sebagai pengulangan
dari bahasa verbal. Misalnya menyatakan arah tempat dengan menjelaskan
"Perpustakaan Universitas Terbuka terletak di belakang gedung ini",
kemudian mengulang pesan yang sama dengan menunjuk arahnya.
c. Tindak komunikasi nonverbal
melengkapi pernyataan verbal, misalnya mengatakan maaf pada teman karena tidak
dapat meminjamkan uang; dan agar lebih percaya, pernyataan itu ditambah lagi
dengan ekspresi muka sungguh-sungguh atau memperlihatkan saku atau dompet yang
kosong.
d. Perilaku nonverbal sebagai
pengganti dari komunikasi verbal. misalnya menyatakan rasa haru tidak dengan
kata-kata, melainkan dengan mata yang berlinang-linang.
Dalam perkembangannya sekarang ini,
fungsi komunikasi nonverbal dipandang sebagai pesan-pesan yang holistik, lebih
dari pada sebagai sebuah fungsi pemrosesan informasi yang sederhana.
Fungsi-fungsi holistik mencakup identifikasi, pembentukan dan manajemen kesan,
muslihat, emosi dan struktur percakapan. Karenanya, komunikasi nonverbal
terutama berfungsi mengendalikan (controlling), dalam arti kita berusaha supaya
orang lain dapat melakukan apa yang kita perintahkan. Hickson dan Stacks
menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik tersebut dapat diturunkan dalam 8
fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan, kontrol terhadap perilaku orang
lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau ketidaksenangan, peragaan
informasi kognitif, peragaan informasi afektif, penipuan diri (self-deception)
dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi nonverbal digunakan
untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat
dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan
nonverbal, kurang dapat beroperasi secara terpisah, satu sama lain saling
membutuhkan guna mencapai komunikasi yang efektif.[13]
BAB III
KESIMPULAN
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Sedangkan komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa
kata-kata, lebih ke ekspresi. Dalam komunikasi verbal terdapat dua unsur
penting, yaitu bahasa dan kata. Dalam komunikasi nonverbal terdapat beberapa
unsur penting, yaitu: bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action)
atau objek (object).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-‘Aththar, Muhammad. 2012. The Magic of Communication. Jakarta;
Zaman
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta; Raja Grafindo Persada
M. Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Intra
Personal dan Interpersonal. Yogyakarta; Kanisius
T. Wood, Julia. 2009. Communication in Our
Lives. Boston; Wadsworth Cengage Learning
[1] Morrisan dan Andy Corry Wardhany, Teori
Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 1-2
[2] Richard West dan Lynn H. Turner. Pengantar
Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008),
h. 5
[3] Muhammad Ahmad Al-‘Aththar, The Magic of
Communication, (Jakarta: Zaman, 2012), h. 10
[4] Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal
& Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 22
[5] Ibid., h. 22
[6] Ibid., h. 23
[7] Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Pengantar
Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2007), h. 99-102
[8] Agus M. Hardjana, Komunikasi
Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003),
h. 24
[9] Ibid,. h. 26
[10] Julia T. Wood, Communication in Our
Lives, (USA: University of North
Carolina at Capital Hill, 2009), h. 131
[11] Op. Cit., h. 27
, 2009), h. 131-132
[13] Dr. Widyo Nugroho, Modul Teori Komunikasi
Verbal dan Nonverbal
+ komentar + 7 komentar
ini share makalah komunikasinya yaa
Rebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
hingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
profit,bergabung sekarang juga dengan kami
trading forex fbsasian.com
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
Indonesia dan banyak lagi yang lainya
Buka akun anda di fbsasian.com
-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085364558922
BBM : fbs2009
ijin copi untuk daring
Thx infonya
boleh minta sumber utk bukunya bu Ilya Sunarwinadi?
saya butuh utk keperluan penelitian,
thx,
Ijin copy untuk tambahan materi tugas. terima kasih
Posting Komentar