Konversi Agama dalam Pandangan Psikologi

Konversi agama secara umum dapat diartikan dengan berubah agama ataupun masuk suatu agama.

Pengertian konversi agama menurut etimologi:
Konversi berasal dari kata “Conversio” yang berarti: tobat, pindah, dan berobah (agama). Dalam bahasa Inggris Conversion yang berarti berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama keagama lain. Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.

Pengertian konversi agama menurut terminologi.
Menurut pengertian ini akan dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:
1.    Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2.    William James mengatakan konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada.
Konversi agama yang dimaksudkan memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
  • Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya. 
  • Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan secara berproses atau secara mendadak. 
  • Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pendangan terhadap agama yang dianutnya sendiri. 
  • Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari yang maha kuasa.
3.    Clark (dalam Daradjat, 1979)
   Konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.

Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan mengaruh lingkungan tempat berada. Selain itu, konversi agama yang dimaksudkan uraian diatas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
  • Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya. 
  • Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak. 
  • Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri. 
  • Selain factor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itu pun disebabkan factor petunjuk dari Yang Mahakuasa.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
Beberapa ahli berbeda pendapat dalam menentukan faktor yang menjadi pendorong konversi.
A. Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi.
B. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial itu terdiri dari adanya berbagaia faktor antara lain: 
  • Pengaruh hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan atau bidang kebudayaan yang lain). 
  • Pengaruh kebiasaan yang rutin. Misalnya menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal maupun lembaga nonformal. 
  • Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat. Misalnya karib, keluarga, famili, dan sebagainya. 
  • Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salah satu faktor pendorong konversi agama. 
  • Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi. 
  • Pengaruh kekuasaan pemimpin. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala negara atau raja mereka.
C. Para ahli psikologi (Ahli ilmu jiwa) berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern.
1. Faktor intern, yang ikut mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah
  • Kepribadian. Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Menurut penelitian W. James bahwa tipe melankolis memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya. 
  • Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama. Anak tengah biasanya lebih bimbang dalam menentukan agama dibandingkan dengan anak sulung atau anak bungsu.
2. Faktor ekstern. Diantaranya adalah;
  • Faktor keluarga, keratakan keluarga, ketidak seserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapat pengakuan kaum kerabat, dan lainya. Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin. 
  • Lingkungan tempat tinggal. Orang yang merasa terlempar dari lingkungannya akan merasa dirinya hidup sebatang kara. Keadaan ini menyebabkan seseorang mencari tempat untuk bergantung hingga kegelisahann batinnya hilang. 
  • Perubahan status yang berlangsung secara mendadak Misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang berlainan agama. 
  • Kemiskinan. Kebutuhan mendesak akan sandang dan pangan dapat mempengaruhi terjadinya konversi agama.
William James (dalam Ramayulis 2002, hal: 70), menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa terjadinya konversi agama karena:
a) Adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
b) Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
   
    Berdasarkan kesimpulan ini William James, Starbuck (dalam Ramayulis 2007, Hal 70- 71), membagi konversi agama menjadi 2 tipe:
1. Tipe Volational (Perubahan bertahap)
   Perubahan agama tipe ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi yang demikian itu sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.
2. Tipe Self-Surrender (Perubahan Drastis)
     Konversi tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan inipun dapat terjadi dari kondisi yang tidak taat menjadi lebih taat, dari tidak percaya kepada suatu agama kemudian menjadi percaya dan sebagainya. Pada konversi tipe kedua ini menurut William James adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri sefseorang sehingga ia menerima kondisi yang bru dengan pnyerahan jiwa sepenuh-penuhnya.
     
    Faktor – faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa yang demikian, secara psikologi kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan tentram. (Jalaluddin, 2008: 314-317)
   
   Menurut Abdalla, konversi internal terjadi dalam satu agama, dalam artian pola pikir dan pandang seseorang berubah, ada yang dihilangkan dan tidak menutup kemungkinan banyak yang ditambahkan (ibadah, tetapi konsep ketuhanan tetap sama). Sedangkan dalam konversi eksternal pindah keyakinan kekonsep yang benar-benar berbeda dengan konsep keyakinan sebelumnya.
D. Para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konvesi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Berdirinya sekolah –sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.
Menurut Zakiyah Daradjat, Faktor-Faktor yang mempengaruhi konversi agama adalah (Zakiyah Daradjat 1991, hal 159 - 164): 
1.   Pertentangan batin ( konflik jiwa ) dan ketegangan perasaan orang – orang yang gelisah, yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang – kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problem itu mudah mengalami konversi agama, di antaranya ketegangan batin itu ialah tidak mampunya mematuhi nilai–nilai moral dan agama dalam hidupnya. 
2.   Pengaruh hubungan dengan tradisi agama. Aktifitas lembaga keagamaan mempunyai pengaruh besar terutama aktifitas – aktifitas sosialnya. Kebiasaan – kebiasaan yang dialami waktu kecil, melalui bimbingan lembaga – lembaga kagamaan itu, termasuk salah satu faktor penting yang memudahkan terjadinya konversi agama jika pada umur dewasanya ia kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama dan mengalami konflik jiwa ketegangan batin yang tidak teratasi. 
3.   Ajakan / seruan dan sugesti. Peristiwa konversi agama terjadi karna sugesti dan bujukan dari luar jika orang yang mengalami konversi itu dapat merasakan kelegaan dan ketentraman batin dalam keyakinan baru, maka lama – kelamaan akan masuklah keyakinan itu ke dalam pribadinya. 
4.   Faktor – faktor emosi. Dalam penelitian George.A. Coe bahwa konversi agama lebih banyak terjadi pada orang yang dikuasai oleh emosinya. Orang – orang yang emosional (lebih sensitif atau banyak dikuasai oleh emosinya) mudah kena sugesti apabila ia mengalami kegelisahan. Menurut G. Stanlay Hall, usia remaja terkenal dengan umur kegoncangan emosi. Menurut Starburk, bahwa umur yang menonjol bagi konversi agama pada laki – laki adalah 16 tahun 4 bulan dan bagi wanita 14 tahun 8 bulan.apabila kita kembali kepada kenyataan dalam hidup, tidak sedikit peristiwa konversi yng terjadi pada usia di atas 40 atau 50 tahun atau lebih. 
5.   Kemauan. Kemauan juga merupakan peranan penting dalam konversi agama. Terbukti bahwa peristiwa konversi itu terjadi sebagai hasil dari perjuangan batin yang ingin mengalami konversi. hal ini dapat di ikuti dari riwayat hidup Imam Al Ghazali yang mengalami sendiri bahwa pekerjaan dan buku – buku yang dulu di karangnya bukanlah dari keyakinan, tapi datang dari keinginan untuk mencari nama dan pangkat. (zakiah daradjat: 1970: 159-164)
Proses Konversi Agama
Menurut M.T.L Penido berpendapat, bahwa konversi agama mngandung unsur: 
1.   Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan oleh krisis yang terjadi dari pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seioring dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih. 
2.   Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok, sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran, mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan pnyelesaian oleh yang bersangkutan.

Kerangka proses konversi agama dikemukakan oleh:
a. H. Carrier, membagi proses tersebut dalam pentahapan sebagai berikut:
1.   terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat darikisis yang dialami. 
2.   Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru, maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur lama. 
3.   Tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya. 
4.   timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
b. Dr. Zakiah Daradjat. Memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu: 
1.   Masa tenang. Disaat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Dimana segala sikap, tingkah laku, dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama. 
2.   Masa ketidaktenangan. Tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Dikarenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang dialaminya. Hal ini menimbulkan keguncangan dalam kehidupan batinnya, sehingga mengakibatkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa dan bimbang. konflik jiwa yang berat itu menyebabkan orang lebih sensitif (mudah perasa, cepat tersinggung dan mudah kena sugesti). Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya. 
3.   Masa konversi. Masa ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena kemantapan batin dalam menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk illahi. 
4.   Masa tenang dan tentram. Masa tenang dan tentram ditimbulkan oleh kepuasaan terhadap keputusan yang diambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru. 
5.   Masa ekspresi konversi. Pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agama. Itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya perubahan keyakinan tersebut.
c. Menurut Wasyim (dalam Sudarno, 2000) secara garis besar membagi proses konversi agama menjadi tiga, yaitu:
1.   Masa Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif. 
2.   Adanya rasa pasrah 
3.   Pertumbuhan secara perkembangan yang logis, yakni tampak adanya realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya.
Proses terjadinya konversi agama, dalam masyarakat mengambil beberapa macam bentuk: 
1.   Perubahan yang drastis. Adalah proses konversi agama dari tidak taat menjadi taat, yang jangka waktunya cepat, karena ada masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh individu, yang disebabkan oleh tidak adanya pengalaman individu sebelumnya. 
2.   Pengaruh Lingkungan. Pengaruh lingkungan mempengaruhi sikap dan cara pandang terhadap keyakinan suatu agama. 
3.   Pengaruh idealisme yang dicari. Proses ini, biasanya memakan waktu lama. Individu selalu merasa dalam keyakinn yang meragukan. Tetapi jika, ada bukti yang bisa meyakinkannya, maka, dia akan yakin sepenuhnya.

Daftar Pustaka:
Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Daradjat, Zakiyah. 1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang

Ramayulis. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia

http://hbis.wordpress.com/2009/12/12/konversi-agama-psikologi-agama/

Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faisal wibowo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger