Oleh:
Faisal Wibowo
“Dua
hal yang paling utama, yaitu: iman kepada Allah Swt dan berguna bagi kaum
Muslimin. Dua hal yang paling buruk, yaitu: Syirik (menyekutukan Allah Swt) dan
membahayakan kaum Muslimin.” (Rasulullah Saw)
Iman
kepada Allah Swt dan mentauhidkan-Nya merupakan esensi Islam dan landasan bagi
totalitas kehidupan manusia. Ia adalah pengakuan dan penyaksian akan keesaan
Allah Swt sebagai prinsip tertinggi dari seluruh ciptaan, semua wujud, dan
kehidupan.
Dengan
iman dan tauhid tata kehidupan dibersihkan dari berbagai jenis keraguan yang
menyangkut trandensi Tuhan dan keesaan-Nya yang menyangkut tujuan hidup dan
identitas peradaban, dan yang menyangkut seluruh nilai-nilai kehidupan. Tingkat dan
ketinggian keimanan dan ketauhidan seseorang tergantung kepada tingkat
ma’rifat, keyakinan, dan kesaksiannya bahwa “Tidak ada Tuhan yang patut
disembah selain Allah Swt dan Muhammad adalah utusan-Nya.”
Refleksi
otentiknya wujud dalam penghambaan yang tulus hanya kepada Allah Swt dan kecintaan
kepada-Nya yang melebihi kecintaannya kepada siapapun selain-Nya. Dalam diri
hamba-Nya yang sejati bertahta kultur spiritual-ideologis yang memberikan
panduan bagi amal shalih, amal yang dimotivasi oleh kesadaran penghambaan yang
tulus yang ditujukan semata-mata kepada Allah Swt demi meraih ridho-Nya dan
dilakukan dengan benar sesuai dengan hukum-hukum Allah Swt yang tertuang dalam
wahyu dan sunnatullah.
Terbebas dari
rasa takut dan gundah adalah implikasi psikologis beriman dan beramal shalih. “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan-Nya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS.
Al-Baqarah ayat 277).
Syirik suatu
konsep yang coba menyatukan atau menyamakan, memasukan dan bahkan mengacaukan
dua realitas yang mutlak berbeda itu.
Maka secara obyektif syirik diartikan sebagai menuhankan sesuatu yang bukan
Allah Swt dan secara subyektif diartikan sebagai memberikan kekuasaan-kekuasaan
(otoritas) dan kualitas-kualitas setengah tuhan kepada benda, para pendeta,
atau para pemimpin sekuler untuk mengatur segala urusan.
Dalam Islam,
pengetahuan dan tindakan syirik diyakini sebagai bentuk kezhaliman terbesar
yang implikasi buruknya sangat luas. Secara psikologis syirik hanya membiakkan
kebimbangan, kegelisahan, dan tragedi
kemanusiaan.
“Akan Kami
masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah Swt dengan sesuatu yang Allah Swt sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka. Dan
itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim.” (QS. Ali
Imron ayat 151).
Oleh sebab itu
Imam Ghozali memandang syirik sebagai penyakit hati yang paling buruk.
Implikasinya sangat serius bagi kehidupan manusia itu sendiri, baik kehidupan
di dunia sekarang ini lebih-lebih bagi kehidupan di akhiratnya nanti. “Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan (Allah Swt) karena
sesungguhnya menyekutukan (Allah Swt) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (QS. Luqman ayat 13).
Sedangkan
kezhaliman itu adalah kegelapan yang akan menenggelamkan seluruh tatanan yang
berakibat membiaknya kerusakan, anarkisme, dan kekacauan. Sepanjang sejarah
manusia kezhaliman itu terbukti menyeret seluruh kehidupan manusia ke dalam
lorong-lorong kegelapan yang mengerikan. Fitnah dan kesengsaraan yang
ditimbulkannya tidak hanya menimpa pelaku kezhaliman melainkan juga orang yang
tidak melakukannya.
“Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah Swt amat keras
siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal ayat 25).
Wallahua’lam
bishshowab.
Posting Komentar